Pesan Iblis, Kekasih dari Yang Maha Hidup

“Umatti
Umatti!
Umatti?”
Demikian kalimat yang diucapkan Rasul Muhammad menjelang wafatnya.

Yesus Sang Masiha pun berteriak menjelang “kematiannya” di kayu salib: “Eloi, Eloi, Lama Sabakhtani…”

Terkadang, Kesunyian itu memang tak tertahankan perihnya…
Bahkan untuk seorang Rasul dan Sang Masiha sekalipun.
Tapi, kita yang sekarang memuja mereka, bahkan tetap tuli terhadap “Jerit-Kesunyian” itu…
Sama seperti dulu juga, para pengikut mereka telah tuli dan meninggalkan mereka…Sayang sekali.

Menjelang kematiannya, Buddha Siddharta terbaring sendiri di tepi hutan menahan sakit di perut akibat diracun oleh salah satu muridnya.
Dunia memang terlalu angkuh untuk memahami Keheningan seorang Buddha…Sayang sekali.

Ya, sayang sekali, sampai saat ini, kita belum juga menyadari bahwa Rasul, Sang Masiha, Buddha tak pernah lahir dan tak pernah mati.
Kita semua tetap buta dan tuli untuk menyadari “Fakta” yang sedemikian jelas ini.
Kita tak bisa mendengar “Jerit-Kesunyian” mereka, kita tak bisa melihat “Wajah-Keheningan” mereka.
Dan, itulah sebabnya, kita pun mengubah mereka jadi sekedar berhala.
Kita menjadi penyembah benda mati, mengikuti dogma-dogma yang mati, karena hati kita sudah lama mati.
Kita tak bisa “Hidup” bersama mereka.
Kita menolak Spirit dari ritual, mencampakkan Jiwa dari agama, menolak Yang Maha Hidup, dan memeluk setumpuk “abu jenazah” yang bernama agama ---benda mati yang berikutnya..

Jika kita memang bukan setumpuk “abu jenasah”, maka bagaimana mungkin kita bisa menjadi penyembah agama, menjadi para pembela agama dan bersiap membunuh atau dibunuh atas nama agama? Ilusi ini benar-benar tolol dan gila.

Tidakkah kita bisa menyadari “Fakta” yang sedemikian jelasnya bahwa kita ini bukanlah setumpuk “abu jenazah”, bahwa kita semua –tanpa kecuali-- tak terpisahkan dari Yang Maha Hidup?

Tidakkah kita menyadari bahwa kita semua –tanpa kecuali— tak pernah lahir dan mati?
Jika kita benar-benar dapat menyadari “Ini”, maka sudah saatnya kita “membakar” kitab-kitab suci kita –berhala dan benda mati yang kita puja— sumber segala sengketa dan pertikaian kita, dan membuang abunya ke Samudera-Keheningan.

Bakar! Bakar itu semua dengan “API-CINTA” yang menyala-nyala sekarang juga!
Demikianlah kusampaikan “Pesan” dari Iblis: Kekasih dari Yang Maha Hidup.

Pesan saya kepada pembaca:
Sebarkan “Pesan” dari Iblis ini, Kekasih dari Yang Maha Hidup, dan bersiaplah untuk dibatui serta memikul salibmu sendiri.

Komentar

Postingan Populer