Kepemimpinan Dalam Islam



Tugas AIK VII

Penerapan Kepemimpinan Islam (Al-Quran) Dalam Kehidupan Kini Dan Yang Akan Datang
 
Oleh:
Abdul Gafur
105610398311
Administrasi Negara Kelas VII_A.

ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
Kata Pengantar
Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan.
Agama  sebagai  sistem  kepercayaan  dalam  kehidupan  umat  manusia  dapat  dikaji  melalui  berbagai  sudut  pandang.  Islam  sebagai  agama  yang  telah  berkembang  selama  empat  belas  abad  lebih  menyimpan  banyak  masalah  yang  perlu  diteliti,  baik  itu  menyangkut  ajaran  dan  pemikiran  keagamaan  maupun  realitas  sosial,  politik,  ekonomi  dan  budaya dan kepemimpinan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang penerapan kepemimpinan Islam Dalam Kehidupan Kini Dan Yang akan Datang, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
                                                                                                Makassar, 01 Januari 2015
                       
Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perihal mengenai kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu wacana yang selalu menarik untuk didiskusikan. Wacana kepemimpinan dalam Islam ini sudah ada dan berkembang, tepatnya pasca Rasulullah SAW wafat. Wacana kepemimpinan ini timbul karena sudah tidak ada lagi Rasul atau nabi setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
Dalam firman Allah SWT dikatakan bahwa Al-qur’an itu sudah bersifat final dan tidak dapat diubah-ubah lagi. Sehingga Rasulullah SAW adalah pembawa risalah terakhir dan penyempurna dari risalah-risalah sebelumnya. “ Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya.”(Q.S Al-An’am:115). Tidaklah mungkin akan ada seorang nabi baru setelah Rasulullah SAW. Karena ketika ada seorang nabi baru setelah Rasulullah SAW maka akan ada suatu risalah baru sebagai penyempurna dari risalah sebelumnya, sehingga artinya Al-qur’an tidaklah sempurna dan Allah menjadi tidak konsisten terhadap pernyataannya yang ia sebutkan dalam ayat di atas.
Kepemimpinan dalam konsep Al-Qur’an disebutkan dengan istilah Imamah, pemimpin dengan istilah imam. Al-Qur’an mengkaitkan kepemimpinan dengan hidayah dan pemberian petunjuk pada kebenaran. Seorang pemimpin tidak boleh melakukan kezaliman, dan tidak pernah melakukan kezaliman dalam segala tingkat kezaliman: kezaliman dalam keilmuan dan perbuatan, kezaliman dalam mengambil keputusan dan aplikasinya.
Seorang pemimpin harus mengatahui keadaan umatnya, merasakan langsung penderitaan mereka. Seorang pemimpin harus melebihi umatnya dalam segala hal: keilmuan dan perbuatan, pengabdian dan ibadah, keberanian dan keutamaan, sifat dan prilaku, dan lainnya.
B.     Rumusan Masalah
a.       Apa Pengertian Kepemimpinan Islam ?
b.      Bagaimana Konsep Kepemimpinan Rasulullah?
c.       Bagaimana Penerapan Kepemimpinan Islam Dalam Kehidupan Sehari-Hari?
C.    Tujuan Penulisan
a.        Memahami Seperti Apa Kepemimpinan Islam
b.      Memahami konsep Kepemimpinan Rasulullah
c.       Memahami Penerapan Kepemimpinan Islam Dalam Kehidupan Sehari-Hari









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kepemimpinan Islam
Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang sehingga ia memperoleh rasa hormat (respect), pengakuan (recognition), kepercayaan (trust), ketaatan (obedience), dan kesetiaan (loyalty) untuk memimpin kelompoknya dalam kehidupan bersama menuju cita-cita.
Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang di antara mereka “mengajak” teman-temannya untuk melakukan sesuatu seperti: nonton film, berman sepek bola, dan lain-lain, orang tersebut telah melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada teman dan ada kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
a.       Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
b.      Wexley & Yuki [1977], kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
c.       Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
Arti Kepemimpinan Islam Imamah atau kepemimpinan Islam adalah konsep yang tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, yang meliputi kehidupan manusia dari pribadi, berdua, keluarga bahkan sampai umat manusia atau kelompok. Konsep ini mencakup baik cara-cara memimpin maupun dipimpin demi terlaksananya ajaran Islam untuk menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat sebagai tujuannya. Kepemimpinan Islam, sudah merupakan fitrah bagian setiap manusia yang sekaligus memotivasi kepemimpinan yang Islami. Manusia di amanahi Allah untuk menjadi khalifah Allah [wakil Allah] di muka bumi : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." [Q.S.al-Baqarah:30],
Kholifah bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Sekaligus sebagai abdullah [hamba Allah] yang senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Allah. Sabda Rasulullah :
“Setiap kamu adalah pemimpim dan tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggungjawabannya [responsibelitiy-nya]”. Manusia yang diberi amanah dapat memelihara amanah tersebut dan Allah telah melengkapi manusia dengan kemampuan konsepsional atau potensi [fitrah] :  Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" [Q.S.al-Baqarah:31], serta kehendak bebas untuk menggunakan dan memaksimal potensi yang dimilikinya.

Konsep amanah yang diberikan kepada manusia sebagai khalifal fil ardli menempati posisi senteral dalam kepemimpinan Islam. Logislah bila konsep amanah kekhalifahan yang diberikan kepada manusia menuntut terjalinannya hubungan atau interaksi yang sebaik-baiknya antara manusia dengan pemberi amanah [Allah], yaitu: [1] mengerjakan semua perintah Allah, [2] menjauhi semua larangan-Nya, [3] ridha [ikhlas] menerima semua hukum-hukum atau ketentuan-Nya. Selain hubungan dengan pemberi amanah [Allah], juga membangun hubungan baik dengan sesama manusia serta lingkungan yang diamanahkan kepadanya [Q.S.Ali Imran:112]. Tuntutannya, diperlukan kemampuan memimpin atau mengatur hubungan vertical manusia dengan Sang Pemberi [Allah] amanah dan interaksi horizontal dengan sesamanya. Jika kita memperhatikan teori-teori tentang fungsi dan peran seorang pemimpin yang digagas dan dilontarkan oleh pemikir-pemikir dari dunia Barat, maka kita akan hanya menemukan bahwa aspek kepemimpinan itu sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas maupun kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi secara horizontal semata.  Konsep Islam, kepemimpinan sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal maupun vertikal. Kemudian, dalam teori-teori manajemen, fungsi pemimpin sebagai perencana dan pengambil keputusan [planning and decision maker], pengorganisasian [organization], kepemimpinan dan motivasi [leading and motivation], pengawasan [controlling] dan lain-lain[4].
Uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa, kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha kerja sama sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
B.     Konsep Kepemimpinan Rasulullah Dalam Konteks Modern
Dilihat dari kacamata kepemimpinan tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang sangat berhasil yang sukses dengan gilang gemilang. Dalam menjadikan Rasulullah sebagai teladan dalam kepemimpinan maka ada beberapa metode yang dapat dijadikan pedoman dari kepemimipinan Rasulullah yaitu:
a.       Selalu Dibimbing Wahyu
Dalam memimpin Rasulullah selalu dibimbing oleh wahyu ini adalah kunci dari kepemimpinan Rasulullah. Dalam memimpin ummat menuju jalan Allah nabi selalu dibimbing oleh wahyu
b.      Menghidupkan Syura
Rahasia selanjutnya adalah syura atau musyawarah. Rasulullah yang memiliki kedudukan sangat mulia itu banyak melakukan musyawarah dengan para sahabat dalam urusan yang tidak diatur oleh wahyu
c.       Keteladanan
Selain itu kunci keteladanan Rasulullah adalah keteladanan dimana Beliau selalu satu kata satu perbuatan. Keteladanan adalah cara paling efektif untuk menanamkan nilai-nilai positif.
d.      Egaliter
Nabi adalah seorang yang egaliter. Egaliternya nabi dapat dilihat dari panggilan yang digunakan oleh Nabi kepada ummatnya dengan sebutan sahabat yang menujukkan kesetaraan.
e.       Mementingkan Kaderisasi
Dalam memimpin Rasulullah selalu memikirkan kaderisasi, yang dikader dengan tempaan yang luar biasa untuk menjadi regenerasi ketika pada akhirnya wafat. Seorang pemimpin tidak boleh mematikan kader yang akan tumbuh.
f.       Integritas Pribadi
Selajutnya adalah Rasulullah memiliki akhlaqul karimah, Nabi adalah pemimpin yang peduli, penuh empati, penyantun, lemah lembut, pemaaf, disiplin, kerja keras, menghormati waktu dan sifat terpuji lainnya, sifat itulah yang menjadi referensi dan rujukan para sahabat dalam berperilaku

C.    Penerapan Kepemimpina Islam Dalam Kehidupan Sehari-hariTop of FormBottom of Form
Urusan kepemimpinan dalam Islam merupakan salah satu kewajiban agama diantara kewajiban lainnya, sebab agama tidak mungkin tegak tanpa pemimpin. Hal ini erat kaitannya dengan fitrah manusia, dimana setiap manusia itu dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Seperti sabda Rasulullah, “setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya” (HR. Bukhari dan Muslim). Hanya tingkatan pemimpin itu yang berbeda, ada yang memimpin dalam lingkup kecil seperti lingkup keluarga, sampai lingkup yang paling besar seperti menjadi pemimpin suatu negara. Namun di level mana pun seorang pemimpin pasti ingin menjadi pemimpin yang sukses dan ditaati. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu membawa perubahan yang lebih baik pada yang dipimpinnya.
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat ataupun jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi diri sendiri,  keluarga, lingkungan sekitanya, maupun lingkungan masyarakat luas/negara.   Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil proses dari perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi perdamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh pada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, maka pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Pemimpin sejati bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
Kepemimpinan merupakan salah satu topik yang selalu menarik untuk dikaji dan diteliti, karena paling banyak diamati sekaligus fenomena yang paling sedikit dipahami. Fenomena kepemimpinan di negara Indonesia juga telah membuktikan bagaimana kepemimpinan telah berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan berpolitik dan bernegara. Dalam kehidupan apapun, kepemimpinan berpengaruh sangat kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan hidupnya. Sebaliknya, jika pemimpin tidak pernah menggunakan nilai-nilai prophetic intellegence dalam kepemimpinannya maka jangan pernah berharap roda organisasi akan berjalan dengan baik maka kalau sudah meninggalkan prinsip-prinsip yang telah ditanamkan Rasul tentunya suatu organisasi akan tenggelam dan selanjutnya tinggal menunggu saat-saat kematiannya. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu melakukan perubahan-perubahan konstruktif. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya mengalami keruntuhan.
Ada dua hal penting dalam prinsip-prinsip kepemimpinan:
a.       Bertaqwa kepada Allâh
Kepemimpinan yang dilandasi dengan taqwa akan melahirkan suatu sistem masyarakat yang tidak mengenal diskriminasi di antara mereka sebab pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya lebih merupakan pengabdian kepada masyarakat sekaligus dalam rangka beribadah kepada Allâh SWT.
b.      Menjadikan pemimpin sebagai amanah
Dalam Islam, sesungguhnya pemimpin itu adalah amanah dari Allâh SWT, sehingga tidak saja harus dipertanggungjawabkan di dunia akan tetapi juga harus dipertanggungjawabkan di akhirat Banyak di antara kita yang tidak menyadari, bahwa seorang pemimpin sejati seringkali tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpin. Bahkan ketika misi dan tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukan sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator dan maximizer. Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpin. Semakin dipuji semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin itu. Justru pemimpin sejati mesti harus menerapkan pola kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble). Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang sangat berhasil. Beliau berhasil merubah masyarakat Arab yang awalnya berperilaku jahiliyah menjadi masyarakat madani yang berperadaban tinggi dan mulia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kepemimpinan Rasûlullâh sangat berhasil, diantaranya.
1.      Sejak kecil beliau telah memiliki kepribadian yang mulia.
2.      Dalam hal memimpin selalu berpedoman pada aturan, dalam hal ini adalah wahyu Allâh.
3.      Dalam hal yang bersifat ijtihadiyah beliau selalu bermusyawarah dengan para sahabat.
4.      Sebagai seorang pemimpin, beliau selalu bersama umatnya dan merasakan apa yang dirasakan oleh umatnya.
5.      Dalam memimpin, beliau tidak hanya membimbing dan mengarahkan dari balik meja, tetapi beliau terjun langsung ke lapangan.
6.      Beliau sangat konsisten dengan apa yang disampaikan.
7.      Beliau sangat baik hati, lemah lembut, sederhana, jujur, amanah dan bersahaja.
Hal terpenting saat mengingat Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam adalah menjadikannya sebagai suri teladan, mencintainya, dan mengikutinya. Berkaitan dengan mengikuti Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam ini ada 3 prinsip yang penting untuk diperhatikan :
Pertama, makna mengikuti Rasul adalah mengikuti syariat yang dibawa oleh Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Allâh SWT berfirman: “Apa saja yang dibawa Rasul kepada kalian, terimalah; Apa saja yang dilarangnya atas kalian, tinggalkanlah; dan bertaqwalah kalian kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh sangat keras hukuman-Nya” (QS. al-Hasyr [59]: 7).
Tidaklah patut bagi laki-laki mukmin maupun bagi perempuan mukmin, jika Allâh dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Siapa saja yang mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat secara nyata” (Q.S. al-Ahzab [33]: 36).
Bahkan kesediaan mengikuti ketetapan dan keputusan hukum Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam merupakan cerminan dari keimanan. Tidak ada keimanan tanpa ketaatan pada syariat Islam (QS. al-Nisa’ [4]: 65).
Kedua, syariat Islam diturunkan oleh Zat Yang Maha Tahu tentang seluruh manusia dengan segala aspek kemanusiaannya. Perbedaan suku, bangsa, bahasa, tempat, dan waktu hidup bukanlah pembatas ataupun penghalang bagi penerapan syariat islam secara totalitas. Kewajiban penerapan syariat Islam secara totalitas tetap dapat dilaksanakan sepanjang masa. Karenanya mengikuti Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam merupakan perkara yang tetap relevan sekalipun pada zaman modern sekarang ini. Kemajuan sains dan teknologi bukanlah masalah dalam penerapan syariat Islam karena IPTEK hanya mengubah sarana hidup, namun tidak mengubah metode hidup dan kehidupan.
Ketiga, mengikuti Rasûlullâh Saw adalah sesuai dengan fitrah manusia. Karena Islam yang dibawanya sesuai dengan fitrah manusia. Setiap ajaran Islam berupa aqidah, ibadah, mu’amalah, dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya pasti sesuai dengan fitrah manusia, sebab Islam berasal dari Allâh SWT, lalu diperuntukkan bagi manusia yang juga diciptakan oleh Allâh SWT. Bukan hanya itu, mengikuti Rasûlullâh adalah kebaikan, perolehan kasih sayang, dan limpahan ampunan. Allâh SWT berfirman:
Katakanlah, ”Jika kalian (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku, niscaya Allâh mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian, Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali’Imran [3]: 31).
Oleh karena itu dari ketiga prinsip tersebut jelas Allâh SWT memerintahkan kita untuk meneladani Rasul dalam setiap aspek kehidupan. Allâh SWT memerintahkan kita untuk menjalankan Islam secara kaffah. Karenanya di bulan Rabi’ul Awwal ini tidak cukup hanya ingat akan kelahiran Nabi Muhammad SAW saja, melainkan bagaimana kaum muslim secara kolektif melahirkan umat Islam yang satu diikat oleh akidah yang satu, dihukumi oleh aturan yang satu, dan dipimpin oleh pemimpin yang satu. Dan kita senantiasa dituntut untuk menjadikan risalah Islam yang dibawa Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam sebagai panduan hidup kita. Kita tidak boleh untuk menjadikan selain Islam sebagai solusi atau jalan keluar dari permasalahan yang kita hadapi, sebab ini terkait dengan masalah keimanan. Keimanan kita diukur dari keikhlasan kita untuk menjadikan Islam sebagai tolok ukur atas setiap masalah yang dihadapi.
Maka sebagai bukti atas keimanan kita, sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam bergerak mewarnai kehidupan ini dengan warna Islam serta memberikan solusi terhadap berbagai masalah dengan solusi Islam dan menjadikan Rasûlullâh sebagai proyek percontohan dalam setiap aspek kehidupan sehingga peringatan maulid bukan hanya sekedar simbol yang senantiasa diperingati, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengaplikasikan perbuatan dan perkataan serta semangat perjuangan dalam kehidupan nyata umat Islam termasuk dalam sistem pemerintahan.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Beberapa faktor yang menyebabkan kepemimpinan Rasûlullâh sangat berhasil, diantaranya. Sejak kecil beliau telah memiliki kepribadian yang mulia, Dalam hal memimpin selalu berpedoman pada aturan, dalam hal ini adalah wahyu Allâh, Dalam hal yang bersifat ijtihadiyah beliau selalu bermusyawarah dengan para sahabat, Sebagai seorang pemimpin, beliau selalu bersama umatnya dan merasakan apa yang dirasakan oleh umatnya, Dalam memimpin, beliau tidak hanya membimbing dan mengarahkan dari balik meja, tetapi beliau terjun langsung ke lapangan, Beliau sangat konsisten dengan apa yang disampaikan, Beliau sangat baik hati, lemah lembut, sederhana, jujur, amanah dan bersahaja.

B.     Kritik dan Saran
Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada saya Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.






Daftar Pustaka
Ilyas, Yunahar, Kepemimpinan Rasululah Dalam Konteks Modern
kuliahnyata.blogspot.com.au/2013/05/kepemimpinan-dalam-perspektif-islam.html

Komentar

Postingan Populer