Kepemimpinan Dalam Islam
Tugas AIK VII
Penerapan Kepemimpinan Islam
(Al-Quran) Dalam Kehidupan Kini Dan Yang Akan Datang
Oleh:
Abdul Gafur
105610398311
Administrasi Negara Kelas VII_A.
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
Kata Pengantar
Segala
puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Al Islam
Kemuhammadiyahan.
Agama
sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan
umat manusia dapat dikaji melalui berbagai
sudut pandang. Islam sebagai agama yang
telah berkembang selama empat belas abad
lebih menyimpan banyak masalah yang perlu
diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan
pemikiran keagamaan maupun realitas sosial,
politik, ekonomi dan budaya dan kepemimpinan.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang penerapan kepemimpinan Islam
Dalam Kehidupan Kini Dan Yang akan Datang, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini
di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Saya sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada
dosen pembimbing saya meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah saya di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.
Makassar,
01 Januari 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perihal mengenai kepemimpinan dalam
Islam merupakan suatu wacana yang selalu menarik untuk didiskusikan. Wacana
kepemimpinan dalam Islam ini sudah ada dan berkembang, tepatnya pasca
Rasulullah SAW wafat. Wacana kepemimpinan ini timbul karena sudah tidak ada
lagi Rasul atau nabi setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
Dalam firman Allah SWT dikatakan
bahwa Al-qur’an itu sudah bersifat final dan tidak dapat diubah-ubah lagi.
Sehingga Rasulullah SAW adalah pembawa risalah terakhir dan penyempurna
dari risalah-risalah sebelumnya. “ Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu
(Al-qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tak ada yang dapat mengubah
kalimat-kalimat-Nya.”(Q.S Al-An’am:115). Tidaklah mungkin akan ada seorang
nabi baru setelah Rasulullah SAW. Karena ketika ada seorang nabi baru setelah
Rasulullah SAW maka akan ada suatu risalah baru sebagai penyempurna dari
risalah sebelumnya, sehingga artinya Al-qur’an tidaklah sempurna dan Allah
menjadi tidak konsisten terhadap pernyataannya yang ia sebutkan dalam ayat di
atas.
Kepemimpinan dalam konsep Al-Qur’an
disebutkan dengan istilah Imamah, pemimpin dengan istilah imam. Al-Qur’an
mengkaitkan kepemimpinan dengan hidayah dan pemberian petunjuk pada kebenaran.
Seorang pemimpin tidak boleh melakukan kezaliman, dan tidak pernah melakukan
kezaliman dalam segala tingkat kezaliman: kezaliman dalam keilmuan dan
perbuatan, kezaliman dalam mengambil keputusan dan aplikasinya.
Seorang pemimpin harus mengatahui
keadaan umatnya, merasakan langsung penderitaan mereka. Seorang pemimpin harus
melebihi umatnya dalam segala hal: keilmuan dan perbuatan, pengabdian dan
ibadah, keberanian dan keutamaan, sifat dan prilaku, dan lainnya.
B. Rumusan Masalah
a.
Apa Pengertian Kepemimpinan Islam ?
b. Bagaimana
Konsep Kepemimpinan Rasulullah?
c.
Bagaimana Penerapan Kepemimpinan Islam
Dalam Kehidupan Sehari-Hari?
C. Tujuan Penulisan
a.
Memahami Seperti Apa
Kepemimpinan Islam
b.
Memahami konsep Kepemimpinan Rasulullah
c.
Memahami Penerapan Kepemimpinan Islam
Dalam Kehidupan Sehari-Hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan Islam
Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang
sehingga ia memperoleh rasa hormat (respect), pengakuan (recognition),
kepercayaan (trust), ketaatan (obedience), dan kesetiaan (loyalty) untuk
memimpin kelompoknya dalam kehidupan bersama menuju cita-cita.
Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau
lebih kemudian salah seorang di antara mereka “mengajak” teman-temannya untuk melakukan
sesuatu seperti: nonton film, berman sepek bola, dan lain-lain, orang tersebut
telah melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan
mengkoordinasi, ada teman dan ada kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam
merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang
mudah dan banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang
tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yang
dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
a. Koontz
& O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi
sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih
tujuan kelompoknya.
b. Wexley
& Yuki [1977], kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk
lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku
mereka.
c. Georger
R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia
berusaha mencapai tujuan bersama.
Arti Kepemimpinan Islam Imamah atau
kepemimpinan Islam adalah konsep yang tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah,
yang meliputi kehidupan manusia dari pribadi, berdua, keluarga bahkan sampai
umat manusia atau kelompok. Konsep ini mencakup baik cara-cara memimpin maupun
dipimpin demi terlaksananya ajaran Islam untuk menjamin kehidupan yang lebih
baik di dunia dan akhirat sebagai tujuannya. Kepemimpinan Islam, sudah
merupakan fitrah bagian setiap manusia yang sekaligus memotivasi kepemimpinan
yang Islami. Manusia di amanahi Allah untuk menjadi khalifah Allah [wakil
Allah] di muka bumi : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
[Q.S.al-Baqarah:30],
Kholifah bertugas merealisasikan misi
sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Sekaligus sebagai abdullah
[hamba Allah] yang senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap
dedikasinya di jalan Allah. Sabda Rasulullah :
“Setiap kamu adalah pemimpim dan
tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggungjawabannya [responsibelitiy-nya]”.
Manusia yang diberi amanah dapat memelihara amanah tersebut dan Allah telah
melengkapi manusia dengan kemampuan konsepsional atau potensi [fitrah] : Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang
benar orang-orang yang benar!" [Q.S.al-Baqarah:31], serta kehendak bebas untuk
menggunakan dan memaksimal potensi yang dimilikinya.
Konsep amanah yang diberikan kepada manusia sebagai khalifal fil ardli menempati posisi senteral dalam kepemimpinan Islam. Logislah bila konsep amanah kekhalifahan yang diberikan kepada manusia menuntut terjalinannya hubungan atau interaksi yang sebaik-baiknya antara manusia dengan pemberi amanah [Allah], yaitu: [1] mengerjakan semua perintah Allah, [2] menjauhi semua larangan-Nya, [3] ridha [ikhlas] menerima semua hukum-hukum atau ketentuan-Nya. Selain hubungan dengan pemberi amanah [Allah], juga membangun hubungan baik dengan sesama manusia serta lingkungan yang diamanahkan kepadanya [Q.S.Ali Imran:112]. Tuntutannya, diperlukan kemampuan memimpin atau mengatur hubungan vertical manusia dengan Sang Pemberi [Allah] amanah dan interaksi horizontal dengan sesamanya. Jika kita memperhatikan teori-teori tentang fungsi dan peran seorang pemimpin yang digagas dan dilontarkan oleh pemikir-pemikir dari dunia Barat, maka kita akan hanya menemukan bahwa aspek kepemimpinan itu sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas maupun kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi secara horizontal semata. Konsep Islam, kepemimpinan sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal maupun vertikal. Kemudian, dalam teori-teori manajemen, fungsi pemimpin sebagai perencana dan pengambil keputusan [planning and decision maker], pengorganisasian [organization], kepemimpinan dan motivasi [leading and motivation], pengawasan [controlling] dan lain-lain[4].
Konsep amanah yang diberikan kepada manusia sebagai khalifal fil ardli menempati posisi senteral dalam kepemimpinan Islam. Logislah bila konsep amanah kekhalifahan yang diberikan kepada manusia menuntut terjalinannya hubungan atau interaksi yang sebaik-baiknya antara manusia dengan pemberi amanah [Allah], yaitu: [1] mengerjakan semua perintah Allah, [2] menjauhi semua larangan-Nya, [3] ridha [ikhlas] menerima semua hukum-hukum atau ketentuan-Nya. Selain hubungan dengan pemberi amanah [Allah], juga membangun hubungan baik dengan sesama manusia serta lingkungan yang diamanahkan kepadanya [Q.S.Ali Imran:112]. Tuntutannya, diperlukan kemampuan memimpin atau mengatur hubungan vertical manusia dengan Sang Pemberi [Allah] amanah dan interaksi horizontal dengan sesamanya. Jika kita memperhatikan teori-teori tentang fungsi dan peran seorang pemimpin yang digagas dan dilontarkan oleh pemikir-pemikir dari dunia Barat, maka kita akan hanya menemukan bahwa aspek kepemimpinan itu sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas maupun kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi secara horizontal semata. Konsep Islam, kepemimpinan sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal maupun vertikal. Kemudian, dalam teori-teori manajemen, fungsi pemimpin sebagai perencana dan pengambil keputusan [planning and decision maker], pengorganisasian [organization], kepemimpinan dan motivasi [leading and motivation], pengawasan [controlling] dan lain-lain[4].
Uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa,
kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan orang lain untuk
mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha kerja sama
sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai tujuan yang diinginkan
bersama.
B. Konsep Kepemimpinan Rasulullah
Dalam Konteks Modern
Dilihat dari kacamata kepemimpinan tidak diragukan
lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang sangat berhasil yang
sukses dengan gilang gemilang. Dalam menjadikan Rasulullah sebagai teladan
dalam kepemimpinan maka ada beberapa metode yang dapat dijadikan pedoman dari
kepemimipinan Rasulullah yaitu:
a. Selalu
Dibimbing Wahyu
Dalam memimpin Rasulullah
selalu dibimbing oleh wahyu ini adalah kunci dari kepemimpinan Rasulullah.
Dalam memimpin ummat menuju jalan Allah nabi selalu dibimbing oleh wahyu
b. Menghidupkan
Syura
Rahasia selanjutnya
adalah syura atau musyawarah. Rasulullah yang memiliki kedudukan sangat mulia
itu banyak melakukan musyawarah dengan para sahabat dalam urusan yang tidak
diatur oleh wahyu
c. Keteladanan
Selain itu kunci
keteladanan Rasulullah adalah keteladanan dimana Beliau selalu satu kata satu
perbuatan. Keteladanan adalah cara paling efektif untuk menanamkan nilai-nilai
positif.
d. Egaliter
Nabi adalah seorang
yang egaliter. Egaliternya nabi dapat dilihat dari panggilan yang digunakan
oleh Nabi kepada ummatnya dengan sebutan sahabat yang menujukkan kesetaraan.
e. Mementingkan
Kaderisasi
Dalam memimpin
Rasulullah selalu memikirkan kaderisasi, yang dikader dengan tempaan yang luar
biasa untuk menjadi regenerasi ketika pada akhirnya wafat. Seorang pemimpin
tidak boleh mematikan kader yang akan tumbuh.
f. Integritas
Pribadi
Selajutnya adalah Rasulullah
memiliki akhlaqul karimah, Nabi adalah pemimpin yang peduli, penuh empati,
penyantun, lemah lembut, pemaaf, disiplin, kerja keras, menghormati waktu dan
sifat terpuji lainnya, sifat itulah yang menjadi referensi dan rujukan para
sahabat dalam berperilaku
C.
Penerapan
Kepemimpina Islam Dalam Kehidupan Sehari-hari
Urusan
kepemimpinan dalam Islam merupakan salah satu kewajiban agama diantara
kewajiban lainnya, sebab agama tidak mungkin tegak tanpa pemimpin. Hal ini erat
kaitannya dengan fitrah manusia, dimana setiap manusia itu dilahirkan untuk
menjadi seorang pemimpin. Seperti sabda Rasulullah, “setiap kamu adalah
pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya” (HR.
Bukhari dan Muslim). Hanya tingkatan pemimpin itu yang berbeda, ada yang
memimpin dalam lingkup kecil seperti lingkup keluarga, sampai lingkup yang
paling besar seperti menjadi pemimpin suatu negara. Namun di level mana pun
seorang pemimpin pasti ingin menjadi pemimpin yang sukses dan ditaati. Pemimpin
yang sukses adalah pemimpin yang mampu membawa perubahan yang lebih baik pada
yang dipimpinnya.
Kepemimpinan
sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat ataupun jabatan seseorang.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari
keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi diri sendiri,
keluarga, lingkungan sekitanya, maupun lingkungan masyarakat
luas/negara. Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih
merupakan hasil proses dari perubahan karakter atau transformasi internal dalam
diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah
kelahiran dari proses panjang dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi perdamaian dalam diri (inner peace)
dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan
tindakannya mulai memberikan pengaruh pada lingkungannya, dan ketika
keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, maka pada saat itulah
seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Pemimpin sejati bukan sekedar gelar
atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang.
Kepemimpinan
merupakan salah satu topik yang selalu menarik untuk dikaji dan diteliti,
karena paling banyak diamati sekaligus fenomena yang paling sedikit dipahami.
Fenomena kepemimpinan di negara Indonesia juga telah membuktikan bagaimana
kepemimpinan telah berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan berpolitik dan
bernegara. Dalam kehidupan apapun, kepemimpinan berpengaruh sangat kuat
terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan hidupnya. Sebaliknya, jika
pemimpin tidak pernah menggunakan nilai-nilai prophetic intellegence
dalam kepemimpinannya maka jangan pernah berharap roda organisasi akan berjalan
dengan baik maka kalau sudah meninggalkan prinsip-prinsip yang telah ditanamkan
Rasul tentunya suatu organisasi akan tenggelam dan selanjutnya tinggal menunggu
saat-saat kematiannya. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan
organisasi harus mampu melakukan perubahan-perubahan konstruktif. Pemimpin yang
tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak
memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam
situasi stagnasi dan akhirnya mengalami keruntuhan.
Ada dua
hal penting dalam prinsip-prinsip kepemimpinan:
a. Bertaqwa kepada Allâh
Kepemimpinan yang dilandasi dengan taqwa akan melahirkan
suatu sistem masyarakat yang tidak mengenal diskriminasi di antara mereka sebab
pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya lebih merupakan pengabdian
kepada masyarakat sekaligus dalam rangka beribadah kepada Allâh SWT.
b. Menjadikan pemimpin sebagai amanah
Dalam Islam, sesungguhnya pemimpin itu adalah amanah dari
Allâh SWT, sehingga tidak saja harus dipertanggungjawabkan di dunia akan tetapi
juga harus dipertanggungjawabkan di akhirat Banyak di antara kita yang tidak
menyadari, bahwa seorang pemimpin sejati seringkali tidak diketahui
keberadaannya oleh mereka yang dipimpin. Bahkan ketika misi dan tugas
terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang
melakukan sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager),
motivator, inspirator dan maximizer. Konsep pemikiran seperti ini
adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin
konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and
praise) dari mereka yang dipimpin. Semakin dipuji semakin tinggi hati dan
lupa dirilah seorang pemimpin itu. Justru pemimpin sejati mesti harus
menerapkan pola kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang sangat berhasil. Beliau berhasil merubah
masyarakat Arab yang awalnya berperilaku jahiliyah menjadi masyarakat
madani yang berperadaban tinggi dan mulia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kepemimpinan Rasûlullâh sangat berhasil, diantaranya.
1.
Sejak
kecil beliau telah memiliki kepribadian yang mulia.
2. Dalam hal memimpin selalu berpedoman
pada aturan, dalam hal ini adalah wahyu Allâh.
3. Dalam hal yang bersifat ijtihadiyah
beliau selalu bermusyawarah dengan para sahabat.
4. Sebagai seorang pemimpin, beliau
selalu bersama umatnya dan merasakan apa yang dirasakan oleh umatnya.
5. Dalam memimpin, beliau tidak hanya
membimbing dan mengarahkan dari balik meja, tetapi beliau terjun langsung ke
lapangan.
6. Beliau sangat konsisten dengan apa
yang disampaikan.
7. Beliau sangat baik hati, lemah
lembut, sederhana, jujur, amanah dan bersahaja.
Hal terpenting saat mengingat Nabi
Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam adalah menjadikannya sebagai suri
teladan, mencintainya, dan mengikutinya. Berkaitan dengan mengikuti Rasûlullâh shallallâhu
‘alaihi wa sallam ini ada 3 prinsip yang penting untuk diperhatikan :
Pertama, makna mengikuti Rasul adalah
mengikuti syariat yang dibawa oleh Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Allâh SWT berfirman: “Apa saja yang dibawa Rasul kepada kalian, terimalah;
Apa saja yang dilarangnya atas kalian, tinggalkanlah; dan bertaqwalah kalian
kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh sangat keras hukuman-Nya” (QS. al-Hasyr
[59]: 7).
“Tidaklah patut bagi laki-laki
mukmin maupun bagi perempuan mukmin, jika Allâh dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Siapa saja yang mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia
telah sesat secara nyata” (Q.S. al-Ahzab [33]: 36).
Bahkan kesediaan mengikuti ketetapan
dan keputusan hukum Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam merupakan
cerminan dari keimanan. Tidak ada keimanan tanpa ketaatan pada syariat Islam
(QS. al-Nisa’ [4]: 65).
Kedua, syariat Islam diturunkan oleh Zat
Yang Maha Tahu tentang seluruh manusia dengan segala aspek kemanusiaannya.
Perbedaan suku, bangsa, bahasa, tempat, dan waktu hidup bukanlah pembatas
ataupun penghalang bagi penerapan syariat islam secara totalitas. Kewajiban
penerapan syariat Islam secara totalitas tetap dapat dilaksanakan sepanjang
masa. Karenanya mengikuti Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam
merupakan perkara yang tetap relevan sekalipun pada zaman modern sekarang ini.
Kemajuan sains dan teknologi bukanlah masalah dalam penerapan syariat Islam
karena IPTEK hanya mengubah sarana hidup, namun tidak mengubah metode hidup dan
kehidupan.
Ketiga, mengikuti Rasûlullâh Saw adalah sesuai dengan fitrah
manusia. Karena Islam yang dibawanya sesuai dengan fitrah manusia. Setiap
ajaran Islam berupa aqidah, ibadah, mu’amalah, dalam bidang sosial, politik,
ekonomi, dan budaya pasti sesuai dengan fitrah manusia, sebab Islam berasal
dari Allâh SWT, lalu diperuntukkan bagi manusia yang juga diciptakan oleh Allâh
SWT. Bukan hanya itu, mengikuti Rasûlullâh adalah kebaikan, perolehan kasih
sayang, dan limpahan ampunan. Allâh SWT berfirman:
Katakanlah, ”Jika kalian
(benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku, niscaya Allâh mencintai kalian dan
mengampuni dosa-dosa kalian, Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.
Ali’Imran [3]: 31).
Oleh karena itu dari ketiga prinsip
tersebut jelas Allâh SWT memerintahkan kita untuk meneladani Rasul dalam setiap
aspek kehidupan. Allâh SWT memerintahkan kita untuk menjalankan Islam secara
kaffah. Karenanya di bulan Rabi’ul Awwal ini tidak cukup hanya ingat
akan kelahiran Nabi Muhammad SAW saja, melainkan bagaimana kaum muslim secara
kolektif melahirkan umat Islam yang satu diikat oleh akidah yang satu, dihukumi
oleh aturan yang satu, dan dipimpin oleh pemimpin yang satu. Dan kita
senantiasa dituntut untuk menjadikan risalah Islam yang dibawa Rasûlullâh shallallâhu
‘alaihi wa sallam sebagai panduan hidup kita. Kita tidak boleh untuk
menjadikan selain Islam sebagai solusi atau jalan keluar dari permasalahan yang
kita hadapi, sebab ini terkait dengan masalah keimanan. Keimanan kita diukur
dari keikhlasan kita untuk menjadikan Islam sebagai tolok ukur atas setiap
masalah yang dihadapi.
Maka sebagai bukti atas keimanan
kita, sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam bergerak mewarnai kehidupan ini
dengan warna Islam serta memberikan solusi terhadap berbagai masalah dengan
solusi Islam dan menjadikan Rasûlullâh sebagai proyek percontohan dalam setiap
aspek kehidupan sehingga peringatan maulid bukan hanya sekedar simbol yang
senantiasa diperingati, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
mengaplikasikan perbuatan dan perkataan serta semangat perjuangan dalam
kehidupan nyata umat Islam termasuk dalam sistem pemerintahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa
faktor yang menyebabkan kepemimpinan Rasûlullâh sangat berhasil, diantaranya. Sejak kecil beliau telah memiliki kepribadian
yang mulia, Dalam hal memimpin selalu berpedoman pada aturan, dalam hal ini
adalah wahyu Allâh, Dalam hal yang bersifat ijtihadiyah beliau selalu bermusyawarah
dengan para sahabat, Sebagai seorang pemimpin, beliau selalu bersama umatnya
dan merasakan apa yang dirasakan oleh umatnya, Dalam memimpin, beliau tidak
hanya membimbing dan mengarahkan dari balik meja, tetapi beliau terjun langsung
ke lapangan, Beliau sangat konsisten dengan apa yang disampaikan, Beliau sangat
baik hati, lemah lembut, sederhana, jujur, amanah dan bersahaja.
B. Kritik dan Saran
Demikian
makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran
dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada saya Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah
hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.
Daftar Pustaka
Ilyas, Yunahar,
Kepemimpinan Rasululah Dalam Konteks Modern
kuliahnyata.blogspot.com.au/2013/05/kepemimpinan-dalam-perspektif-islam.html
Komentar
Posting Komentar